Wednesday, October 5, 2011

Short Story 虹の下で泣く

の下で泣く (Cry Under The Rainbow)

Cry? Naku? Menangis? Perempuan identik dengan kata-kata itu yang artinya perempuan sangatlah lemah dimata siapapun. Itu benar tapi, kelemahan adalah wujud nyata kekuatan seorang manusia.
Aku punya sebuah cerita yang menyinggung masalah kekuatan. Dasar cerita ini ku ambil dari apa yang ku rasakan.
Seorang perempuan bernama Midorisa Iujo menyukai seorang laki-laki bernama Higo Takakura. Higo seorang laki-laki pengidap penyakit keras yang sulit disembuhkan. Midorisa sebagai seorang kekasih sebelah hati selalu melindungi Higo. Yah, Higo sangat rapuh seperti embun.
"bolehkah aku pergi ke taman?"
"tidak biasanya kamu mau ke taman, ada apa?"
"aku hanya ingin melepaskan beban pikiran.."
"baiklah. Tunggu sebentar akan ku ambilkan kursi rodanya."


Sebuah kursi roda melaju mengelilingi taman Rumah Sakit. Untunglah hari ini cuaca sedang tidak berangin jadi Midorisa merasa sedikit tenang. Higo menunjuk sebuah pohon yang rindang dan mereka istirahat disana. Ia mengelilingi pohon itu dan meninggalkan Midorisa yang sedang duduk memandang langit biru musim semi.
"Higo, apa yang kau lakukan disana?"
"tak ada yang spesial, hanya mengamati pohon yang kulitnya rapuh ini.."
"wow.. Kau benar, kulit kayunya rapuh."
"sama seperti ku.. Rapuh karena penyakit sialan ini menggerogoti tubuh ku."
"jangan bicara seperti itu! Semua orang mendukung mu dan yakin suatu saat nanti kamu bisa terbebas dari belenggu penyakit itu. Semangat Higo!"
"... aku tidak tau apa yang harus ku lakukan untuk mu yang selalu ada untuk ku.."
"yang harus kau lakukan untuk ku adalah semangat dan tetap berjuang menghadapi penyakit mu.."
"akan ku lakukan untuk mu.."


---


Jam tangan menunjukan pukul 09.37 malam dan sudah waktunya Midorisa pulang ke rumah karena besok akan ada skripsi di kelas kuliahnya. Dia berpamitan kepada Oba-san yang menggantikan 'shift'nya. Dia tak yakin besok dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan benar.


Tepat pukul 04.00 pagi Midorisa terbangun dari tidurnya. Dengan segera ia menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dan berlatih. Sambil mengenggam selembar foto yang amat berharga ia memulai untuk berlatih. Sekitar pukul 8 pagi ia pergi ke Rumah Sakit sebelum ke Kampusnya.
"benarkah? Kalau begitu kita sama-sama berjuang ya! Hari ini aku juga akan menjalankan operasi besar lho."
"ya! Kita sama-sama berjuang Higo!"


Dengan hati yang tenang sebelum pergi ia tersenyum kepada Higo sambil membisikan suatu kata, "aishiteru, Aladin.."


---


4 jam berlalu.
Midorisa berhasil lulus skripsi. Dia sangat bahagia dan dia juga sangat berharap Higo bisa 'lulus' dari operasi besar kali ini. Tapi sesuatu yang buruk terjadi dengan kondisi fisiknya saat ini. Sepertinya dia kelelahan. Ia tak kuat menahan sakit kepalanya disaat yang sama tiba-tiba hujan mengguyur tubuhnya. Ia segera berteduh disamping toko yang sedang tutup sambil menahan sakit kepalanya. Tiba-tiba ponselnya berdering nyaring.
"ha- halo.."
"Midorisa? Ka- kamu dimana sekarang?!"
"Oba-san? Aku sedang berteduh entah dimana, memangnya ada apa?"
"Hi- Higo.." Suara Oba-san mulai terdesak, beliau seperti sedang menangis.
"Higo? Ada apa dengannya?"
"Higo.. O- operasi hari ini.. Ya Tuhan.."
"Ada apa Oba-san?! Cepat ceritakan pada ku!!"
"O- operasinya.. Operasinya gagal Midorisa.."


*trak*


Midorisa menangis, ia menangis dibawah rintikan hujan yang mulai menipis.. Ia menangis sampai akhirnya ia tak bisa menangis lagi. Ia memandang langit dengan tatapan kosong. Melihat pelangi berwarna indah menghiasi langit yang lembab.
'aishiteru, Aladin..'
'aishiteru, Jasmine..'


---


"wah lihat! Ada pelangi! Hebat! Ini pertama kalinya aku melihat pelangi!"
"indahnya.. Hei, nanti kita lihat pelangi lagi ya!"
"kapan?"
"saat aku sudah sehat!~"
"aku ingin segera melihatnya lagi bersama mu Higo!!"
"aku juga begitu Midorisa! Hehehehe.."
"kalau begitu aku akan terus menjaga mu sampai kamu sembuh!"
"wah.. Aku jadi malu.. Hehehe.."
"hehehehe.."


---


Ia membuka matanya. Melihat sesosok Oba-san menghapus air matanya. Ia tersenyum untuk menutupi kesedihannya. Oba-san membelai kening dan menggenggam tangan Midorisa. Terasa hangat.
"Higo sudah dimakamkan.."
"baguslah.. Aku akan melihatnya.. Uh.. Tolong bantu aku berdiri Oba-san.."
"tidak."
"apa?! Kenapa?!"
"istirahatlah.. Biarkan otak mu istirahat sejenak.."
"tidak mau! Aku mau melihat makam Higo! Oba-san begitu tega membiarkan ku sedih karena tidak melihat makam Higo!"
"dokter melarang Oba-san membiarkan mu bergerak. Istirahatlah.."
"tidak! Aku hanya kelelahan kan?! Biarkan aku pergi!"
"kau.."
"apa? Aku kenapa?"
"kamu.. mengidap penyakit kanker otak Midorisa.. Istirahatlah.. Karena besok.. Kamu akan menjalankan operasi.. Penyakit mu sudah akut.."


Midorisa, ia tak tau apa yang harus diperbuat. Air mata mengalir deras dari mata birunya yang mengkilau. Ia menggenggam kedua tangannya erat-erat dan memohon kepada Tuhan agar dia bisa memilih salah satu dari 2 pilihan gila yang tak mungkin salah satu dari keduanya dipilih yaitu pilihan yang pertama, hidup dengan merasakan banyak kesedihan, penyesalan, dan kehancuran sedangkan pilihan yang kedua, mati dengan merasakan sedikit ketenangan..


-The End-




Maaf ceritanya jelek, aneh, atau apapun itu -3- Ladybug still newbie...
Bye bye~

Sunday, October 2, 2011